Visi dan Misi

Visi

  • Mempersatukan, membina dan memberikan pelayanan kepada anggota untuk memajukan/mengembangkan usaha jasa pembiayaan sesuai dengan wewenang yang dimiliki dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia.
  • Meningkatkan kerjasama, pertukaran informasi dan menumbuhkan sikap kebersamaan diantara para anggota Asosiasi maupun dengan pemerintah atau pihak ketiga lainnya, sehingga tercipta hubungan yang baik dan harmonis.
  • Memajukan/meningkatkan peranan Lembaga Pembiayaan sebagai salah satu alternatif pembiayaan di Indonesia serta memberikan sumbangsih bagi kemajuan perekonomian nasional.
  • Memberikan pendapat maupun saran kepada Pemerintah dalam rangka menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif bagi industri usaha jasa pembiayaan di Indonesia dan memperjuangkan kepentingan bersama para anggotanya.
  • Mewakili perusahaan-perusahaan pembiayaan di Indonesia dalam kepentingan pembahasan perkembangan industri pembiayaan baik di dalam maupun di luar negeri.

Misi

  • Menjadikan ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA sebagai wadah utama untuk bertukar pikiran dan informasi, serta mengumpulkan, mengadakan penelitian dan mengolah bahan-bahan keterangan yang berhubungan dengan masalah-masalah mengenai Lembaga Pembiayaan dalam arti seluas-luasnya.
  • Menampung dan membahas masalah-masalah yang dihadapi para anggota dalam bidang pembiayaan dan bilamana perlu menyampaikan pendapatnya kepada Instansi Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan/atau lembaga-lembaga lain yang berwenang.
  • Memberikan penerangan, saran, pendidikan, latihan, dan bimbingan serta pelayanan kepada para anggota, guna meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia para anggota untuk memenuhi tenaga profesional yang dibutuhkan.
  • Membentuk komite-komite yang dianggap perlu baik ditingkat pusat maupun daerah dalam rangka melancarkan kegiatan/aktivitas ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA.
  • Menggalang kerjasama dan hubungan baik dengan Instansi/Badan/Lembaga Pemerintah dan Swasta, baik di dalam maupun di luar negeri sepanjang tidak bertentangan dengan azas dan tujuan ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA, serta dengan cara yang tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.
  • Melakukan usaha-usaha lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan azas dan tujuan ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA.

Latar Belakang

Sejarah

Sejarah

Kehadiran industri pembiayaan (multi finance) di Indonesia sesungguhnya belumlah terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari beberapa sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada tahun 1974. Kelahirannya didasarkan pada surat keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.


Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan Armada Niaga Nasional pada tahun 1975. Kelak, Perusahaan tersebut mengganti namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Kemudian, melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Keuangan No. 1251/KMK 013/1988, Pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance, modal ventura dan kartu kredit.


Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif tertinggal dibandingkan dengan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala gurem. Tetapi banyak kalangan menuding justru pakto 88 inilah menjadi biang keladi suramnya industri perbankan dikemudian hari. Puncaknya, terjadi pada 1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Bank Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).


Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan multi finance kian dikenal pelaku usaha nasional.


Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. Perburuan aset tersebut diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat, dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak terguncang-guncang dan akhirnya tutup sama sekali.


Dengan aset dan skala usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas, mereka berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling lirik dan penjajakan diantara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak perusahaan leasing yang melakukan penggabungan menjadi satu grup. Tampaknya langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan aset menggelembung, kredibilitas dan penguasaan pasar pun ikut terdongkrak.


Namun gairah menggelembungkan aset tersebut berangsur-angsur mulai pudar. Karena pada tahun berikutnya (1990), industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar ekonomi. Mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya.


Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan di industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya, persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar. Bahkan, kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya dengan menyerahkan selembar Kartu Tanda Penduduk (KTP).


Pada Tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = Tight Money Policy) yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarling I dan II – suku bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang telah disetujui terpaksa ditunda pencairannya.


Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multi finance seperti kehabisan darah. Aliran dana menjadi seret kalaupun ada, harganya tinggi sekali. Itulah sebabnya banyak diantara mereka yang menggabungkan usahanya. Dengan bergabung, mereka lebih mudah dalam memperoleh kredit, termasuk dari luar negeri.


ALI

Asosiasi Leasing Indonesia (ALI)

Sebagai sebuah organisasi profesi, Asosiasi Leasing Indonesia (ALI) berdiri pada tanggal 2 Juli 1982.


ALI didirikan sebagai satu-satunya wadah komunikasi bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan. Disini mereka secara Bersama-sama membicarakan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. ALI juga hadir untuk memperjuangkan kepentingan anggotanya kepada pemerintah. DIsisi lain, organisasi ini juga bermaksud menjadi jembatan untuk meneruskan keinginan dan bimbingan pemerintah kepada anggota.


Sederet sasaran ideal menjadi tujuan didirikannya ALI. Diantaranya memajukan dan mengembangkan peranan lembaga pembiayaan di Indonesia serta memberikan sumbangsih bagi perekonomian nasional.


ALI ke APPI

ALI ke APPI

Pada awalnya, tepatnya tanggal 2 Juli 1982 telah dibentuk Asosiasi Leasing Indonesia (ALI) yang berkedudukan di Jakarta sebagai satu-satunya wadah komunikasi bagi perusahaan-perusahaan Leasing di Indonesia. Kehadiran ALI telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh pelaku usaha leasing di Indonesia dan ALI telah berhasil melakukan berbagai aktivitas guna kepentingan para anggotanya, termasuk membantu pengembangan industri usaha leasing di Indonesia bersama Pemerintah.


Seiring dengan pertumbuhan sektor usaha jasa pembiayaan dan guna menampung aspirasi seluruh anggota maka pada tanggal 20 Juli 2000 telah diambil keputusan untuk mengubah ALI menjadi ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI).


Keputusan diatas sejalan dengan keberadaan usaha para anggota sebagai perusahaan pembiayaan yang dapat melakukan aktivitas usaha: sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance), dan kartu kredit (credit card). Dalam perkembangannya pada tanggal 21 Desember 2000 Asosiasi Factoring Indonesia (AFI) juga telah bergabung kedalam APPI.


Sesuai dengan tujuan didirikannya, APPI Bersama pemerintah terus berupaya memberikan andil dan peran lebih berarti dalam peningkatan perekonomian nasional khususnya pada sektor usaha jasa pembiayaan.

Lambang

Lambang Organisasi

    Konsep & Arti Logo APPI

  • Lambang Organisasi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia terdiri dari komposisi berderet empat huruf A, P, P, dan I. A berarti Asosiasi, P (Pertama) berarti Perusahaan, P (Kedua) berarti Pembiayaan dan I berarti Indonesia.

  • Warna gradasi orange melambangkan seluruh anggota APPI siap melangkah untuk mendukung industri pembiayaan menjadi industri kreatif, inovatif dan pantang menyerah dalam era digitalisasi.

  • Warna biru gradasi melambangkan dedikasi APPI untuk melaksanakan mandat atas kepercayaan yang telah diberikan anggotanya untuk mewakili industri pembiayaan dan menggalang kebersamaan industri pembiayaan.

  • Huruf A melengkung menggambarkan arti symbol panah dan layar perahu yang melambangkan APPI siap memasuki era digital yang penuh fluktuasi dengan inovasi dan kreatifitas yang tiada henti.

Detail komposisi Lambang


Pengurus 2022 - 2027

Dewan Pengawas

Ketua
Wiwie Kurnia
Komisaris Utama, Mega Auto Finance
Anggota
Roni Haslim
Direktur Utama, BCA Finance

Dewan Pengurus

Ketua Umum
Suwandi Wiratno
Direktur Utama, Chandra Sakti Utama Leasing
Sekretaris Jenderal
Sigit Sembodo
Managing Director, Bussan Auto Finance
Bendahara
Rosalina Dhanudimuljo
Direktur Utama, Sinarmas Multifinance

Ketua Bidang

Akuntansi, Perpajakan dan Pengembangan Forum Komunikasi Daerah (FKD)
Gusti Wira Susanto
Kepatuhan, Manajemen Risiko dan Pembiayaan Syariah
Dewa Made Susila
Direktur Utama, Adira Dinamika Multi Finance
Hubungan Pemerintah I
Agus Prayitno Wirawan
Direktur Utama, Toyota Astra Financial Services

Hubungan Pemerintah II
Ristiawan Suherman
Direktur Utama, CIMB Niaga Finance
Pengembangan Industri
Harjanto Tjitohardjojo
Direktur Utama, Clipan Finance Indonesia
Hukum dan Pendidikan
Iwan Setiawan
Direktur Utama, Mega Finance
Perusahaan Patungan I
Yap Tjay Hing
Direktur Utama, KB Finansia Multi Finance

Perusahaan Patungan II
Ikuo Sugiyama
Presiden Direktur, Hexa Finance Indonesia
Hubungan Industri Jasa Keuangan
Primartono Gunawan
Direktur, BRI Multifinance Indonesia
Keuangan Berkelanjutan dan Industri Keuangan Digital
William Francis Indra
Direktur, Mandiri Tunas Finance

Dewan Pakar

Ketua sekaligus merangkap anggota
Susilo Sudjono
Komisaris Independen, Astra Multi Finance
Anggota Dewan Pakar
Dennis Firmansjah
Komisaris Utama, Aditama Finance

Susunan Pengurus Periode 2000 - 2022

Komite APPI 2022-2027

Komite Pembiayaan Roda 4

Ronny, Oto Multiartha
Harry Latif, Adira Dinamika Multi Finance
Devy Santoso Jayadi, Toyota Astra Financial Services
Kurniawan Kartawinata, CIMB Niaga Finance
Raden Ari Priyadi, Pool Advista Finance
Usman, Astra Sedaya Finance
Jusuf Setiawan, Dipo Star Finance
Komite Pembiayaan Roda 2

Victoria Rusna, Summit Oto Finance
Alung Ng, Bussan Auto Finance
Andy Sutanto, Adira Dinamika Multi Finance
Ronald Bintoro, Federal International Finance
Donny Ardianto Pribadi, Mandiri Utama Finance
Komite Pembiayaan Alat Berat

Hasin Soleh, Chandra Sakti Utama Leasing
Denny, Clipan Finance Indonesia
Jembar Ganda Ermaya, Komatsu Astra Finance
Komite Pembiayaan Elektronik

Hery Susanto Dermawan, KB Finansia Multi Finance
Didiet Hardiyanto, Astra Multi Finance
Komite Hukum & Perlindungan Konsumen

Ingrid Setiadharma, Adira Dinamika Multi Finance
Daniel Constantyn Adam, Dancons & Associates
Lora Oktaviani, Bussan Auto Finance
Epivania Caroline Galag, Home Credit Indonesia
Antonius Adhitama, KB Finansia Multifinance
Denny Tirtakusumah, CIMB Niaga Finance
Mohammad Dimaz Radhitya, Chandra Sakti Utama Leasing
Febriananto Lamdwijaya, Dipo Star Finance
Merzanti Backsin, Clipan Finance Indonesia
Wahyu Razak, Moladin Finance Indonesia
Komite Manajemen Risiko

Denny Riza Farib, Adira Dinamika Multi Finance
Benedictus Yulius Ariyasatya, Bussan Auto Finance
Johannes Liong, BCA Finance
Jekson B. Simanjuntak, Mandiri Tunas Finance
Marie Yovanka, KB Finansia Multifinance
Soni Wibowo, CIMB Niaga Finance
Danny Rachmam Pratama, Dipo Star Finance
Heru Absoro, Bussan Auto Finance
Supriyanto, JACCS MPM Finance
Komite Akuntansi & Perpajakan

Iman Santoso, Ernst & Young Indonesia
Silviana Halim, Astra Sedaya Finance
Puspitasari Saputra, BCA Finance
Lindawati Soetopo, Adira Dinamika Multi Finance
Reinaldo Palma Sianturi, Dipo Star Finance
Andy Yonatan, Moladin Finance Indonesia
Komite Literasi & Inklusi Keuangan

Indah Sitoresmi, Mega Finance
Gayatri Handari Kusumawardhani KH, Home Credit Indonesia
Andreas Wasono Saputro, Clipan Finance Indonesia
Lusiantini, CIMB Niaga Finance
Ananda Gitasari, Astra Financial
Komite Sumber Daya Manusia

Yulia Diniaty Fitria, Chandra Sakti Utama Leasing
Katarina Wulandari, Astra Sedaya Finance
Ollyvia Yanuar, Bussan Auto Finance
Bey Ade Krisnadi, KB Finansia Multi Finance
Keuangan Berkelanjutan dan Industri Keuangan Digital

Citra Judith Lupitadevi, Mandiri Tunas Finance
M. Fauzan, Chandra Sakti Utama Leasing
Michael E. Sudibyo, Kredivo Finance Indonesia
Akmal Budiman, Bussan Auto Finance
Komite Pembiayaan Syariah

Yusron Hibrizie, Adira Dinamika Multi Finance
M. Salman Yusuf, Trihamas Finance Syariah
Wahyu Eko Utomo, CIMB Niaga Finance
Ardinan Santoso, Bussan Auto Finance
Arry Cahyono
Komite IT & Komite Keuangan Digital

Kanda Octaviano, Mandiri Tunas Finance
Denny Kurniawan, Bussan Auto Finance
Petrus Muara, Chandra Sakti Utama Leasing
Yanni Sukaimi Hendra, Clipan Finance Indonesia
Komite Hubungan Perbankan

Puti Maretnasari, BRI Finance
Ramdhan Safitri, Mandiri Tunas Finance
Komite Joint Venture International

Chandra Jeui Jung, Sunindo Kookmin Best Finance
Komite Compliance & APU PPT

Veronika Dyah Puspitaningrum, Adira Dinamika Multi Finance
Yanuar Hakim, CIMB Niaga Finance
Krisna Mahendra, Home Credit Indonesia
Anggie Setia Ariningsih, Commerce Finance


Forum Komunikasi Daerah